perkenalkan namaku Mr. Mim, (bukan Nama Asli Pastinya) aku adalah seorang manusia yang dilahirkan dibumi kota hujan. aku adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara. menurut pandangan masyarkat sekitar aku bagai pinang terbelah dua dengan adikku. mungkin karna adikku seumuran jam lahirnya. di besarkan oleh keluarga sederhana yang terkadang ketika aku kufur aku bosan dengan kehidupanku yang sekarang.
ketika aku kecil, pasnya diusiaku 6 tahun (usia prasekolah) aku senang bermain petualangan. aku bercita-cita jadi orang hedap, orang yang memiliki kekuatan magis dan ilmu-ilmu super lainnya (mungkin ini karna efek seneng nonton TV tayangan-tayangan imajiner). aku juga pernah bercita-cita sebagai ilmuan (profesor Kimia dan Robotik). setiap aku melihat produk-produk kimia yang ada di rumahku entah itu kosmetik milik ibuku atau kaka perempuanku, atau obat-obatan yang aku dapati aku langsung meraciknya menjadi sebuah campuran istimewa, bahkan tak luput minyak goreng aset dapur ibuku juga ikut raib aku jadikan cairan istimewa tersebut. hal konyol itu aku lakukan dengan adikku. kami memang imajiner. hehe...
semua hasil racikan itu terkadang kami coba dan uji kedahsyatannya kepada tumbuh-tumbuhan penghias halaman belakang yang tak lain adalah rerumputan atau ilalang. kadang kala kami juga menangkap capung, belalang, kodok buduk, dan binatang kecil lainya yang sedapatnya kami bisa tangkap untuk dijadikan kelinci percobaan. hingga akhirnya binatang tak berdosa itu nyawanya raib atas kebiadan kebodohan kami sebagai profesor kimia yang gagal faham. selain itu juga kami senang membuat robot-robotan entah itu dari kaset-kaset yang dikumpulkan oleh ayah kami atau kaka laki-laki kami. atau terkadang alat tulis milik kaka perempuan kami. kami jadikan satu dan berbentuk layaknya kepala, tubuh, tangan dan kaki. itu semua kami lakukan untuk memenuhi ambisi kami sebagai profesor robotik yang paling ambisus. namun, apa boleh buat semua itu sirna tatkala ratu crewet datang dan menceramahi kami agar setiap barang barang milik ayah atau kaka kaka kami tidak dibiarkan berserakan dan dijadikan mainan bodoh. kami hanya bisa pasrah sambil meratapi keadaan, ternyata kami tidak memiliki apa-apa sebagai pemenuh hasrat imajinasi kami. tidak seperti teman senior kami Entis (bukan nama asli). Entis adalah nama teman sekaligus ketua kami yang sangat kami hormati dan kami segani. ia adalah anak dari seorang tuan tanah. kala itu keluarga merekalah yang mungkin terkaya di dusun kami. ia hidup dengan bergelimang kemewahan menurut kecamata kami. kami senang bermain dengannya karna pasti banyak mainan yang kami bisa coba dan bisa kami imajinasikan sebagai benda-benda nyata.
ketika aku kecil, pasnya diusiaku 6 tahun (usia prasekolah) aku senang bermain petualangan. aku bercita-cita jadi orang hedap, orang yang memiliki kekuatan magis dan ilmu-ilmu super lainnya (mungkin ini karna efek seneng nonton TV tayangan-tayangan imajiner). aku juga pernah bercita-cita sebagai ilmuan (profesor Kimia dan Robotik). setiap aku melihat produk-produk kimia yang ada di rumahku entah itu kosmetik milik ibuku atau kaka perempuanku, atau obat-obatan yang aku dapati aku langsung meraciknya menjadi sebuah campuran istimewa, bahkan tak luput minyak goreng aset dapur ibuku juga ikut raib aku jadikan cairan istimewa tersebut. hal konyol itu aku lakukan dengan adikku. kami memang imajiner. hehe...
semua hasil racikan itu terkadang kami coba dan uji kedahsyatannya kepada tumbuh-tumbuhan penghias halaman belakang yang tak lain adalah rerumputan atau ilalang. kadang kala kami juga menangkap capung, belalang, kodok buduk, dan binatang kecil lainya yang sedapatnya kami bisa tangkap untuk dijadikan kelinci percobaan. hingga akhirnya binatang tak berdosa itu nyawanya raib atas kebiadan kebodohan kami sebagai profesor kimia yang gagal faham. selain itu juga kami senang membuat robot-robotan entah itu dari kaset-kaset yang dikumpulkan oleh ayah kami atau kaka laki-laki kami. atau terkadang alat tulis milik kaka perempuan kami. kami jadikan satu dan berbentuk layaknya kepala, tubuh, tangan dan kaki. itu semua kami lakukan untuk memenuhi ambisi kami sebagai profesor robotik yang paling ambisus. namun, apa boleh buat semua itu sirna tatkala ratu crewet datang dan menceramahi kami agar setiap barang barang milik ayah atau kaka kaka kami tidak dibiarkan berserakan dan dijadikan mainan bodoh. kami hanya bisa pasrah sambil meratapi keadaan, ternyata kami tidak memiliki apa-apa sebagai pemenuh hasrat imajinasi kami. tidak seperti teman senior kami Entis (bukan nama asli). Entis adalah nama teman sekaligus ketua kami yang sangat kami hormati dan kami segani. ia adalah anak dari seorang tuan tanah. kala itu keluarga merekalah yang mungkin terkaya di dusun kami. ia hidup dengan bergelimang kemewahan menurut kecamata kami. kami senang bermain dengannya karna pasti banyak mainan yang kami bisa coba dan bisa kami imajinasikan sebagai benda-benda nyata.

